Pengaruh Mode Paris di Indonesia Tahun 1920’an-1970’an

Penulis

  • Fikriyatul Azzahro Aulia Program Studi Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, Universitas Islam Negri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, Indonesia
  • Hendra Afiyanto Program Studi Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, Universitas Islam Negri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.52436/1.jishi.108

Kata Kunci:

Hindia Belanda, Mode Paris, Publik Figure

Abstrak

Artikel ini mengulas terkait eksistensi mode Paris dan pengaruhnya di Indonesia tahun 1920’an hingga 1970’an. Tujuan dari penulisan artikel ini adalah menjelaskan bagaimana mode Paris mempengaruhi mode yang ada di Hindia Belanda sampai Indonesia merdeka dan juga menambah khazanah pengetahuan tentang mode Paris di Indonesia. Metode yang digunakan adalah metode penetilian sejarah yang terdiri dari empat tahap, yaitu heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Beberapa hasil temuan, antara lain: pertama, masuknya mode Paris di Hindia Belanda dibawa oleh perempuan-perempuan Eropa yang tinggal di Hindia Belanda. Kedua, mode Eropa merupakan hal yang penting bagi perempuan Eropa yang tinggal di Hindia Belanda. Sejak abad ke-19 Mode Paris menjadi kiblat mode di Hindia Belanda, bahkan mode Paris tetap digemari setelah perang dunia berakhir. Setelah Indonesia merdeka, mode paris tampil pada iklan-iklan di majalah atau surat kabar. Ketiga, mode Paris dipakai beberapa publik figure Indonesia. Salah satunya adalah Ratna Sari Dewi yang merupakan istri dari presiden pertama Indonesia. Masyarakat umum yang memiliki pakaian dengan label Paris adalah orang yang mampu dalam finansial. Bisa disimpilkan bahwa pakaian yang memiliki label Paris adalah pakaian milik orang dengan latar belakang mampu secara finansial.

Referensi

Castro, I. M., & Duroux, T. D. R. (2014). Joan Rebull et Emilio Grau Sala dans Le Théâtre de la mode L ’ exil parisien entre scène et dessin. 1.

Djoened, M., Poesponegoro, & Notosusanto, N. (2008). Sejarah Nasional Indonesia Jilid 6: Zaman Jepang dan Zaman Republik. Balai Pustaka (Persero), PT.

Galih, R. (2016). Pakean Eropa: Gaya Hidup, Modernitas dan Simbol Perlawanan Masyarakat Kota Batavia Awal Abad XX.

Herlina, N. (2020). Metode sejarah. In Satya Historika (Vol. 110, Issue 9). http://digilib.isi.ac.id/6127/2/Pages from Metode Sejarah Revisi Akhir 2020.pdf

Kartika. (2008). Pembebasan Prancis 6 Juni-25 Agustus 1944: Dari Pendaratan Di Normandie Hingga Pembebasan Prancis. https://adoc.pub/pembebasan-prancis-6-juni-25-agustus-1944-dari-pendaratan-di.html

Katam, S. (2017). Nostalgia Bragaweg Tempo Doeloe 1930-1950 (Cetakan Pe). PT Dunia Pustaka Jaya.

Kuntowijoyo. (2013). Pengantar Ilmu Sejarah. Tiara Wacana.

Laver, J. (1988). The Concise History of Costume and Fashion. Thames and Hudson.

Martin, R., & Koda, H. (1996). Christian Dior. The Metropolitan Museum of Art.

Minggu Pagi. (1954, April). 9.

Misbahuddin, M., & Sholihah, A. M. (2018). Pakaian Sebagai Penanda: Kontruksi Identitas Budaya Dan Gaya Hidup Masyarakat Jawa (2000-2016). El-Wasathiya: Jurnal Studi Agama, 6(2), 112–133. http://ejournal.kopertais4.or.id/mataraman/index.php/washatiya/article/view/3547

Nordholt, H. S. (2005). Outward Appearances: Trend, Identitas, Kepentingan. LKiS.

Nurullita, H., & Afiyanto, H. (2021). Perempuan dan Gaya Hidup Barat di Yogyakarta Pada Awal Kemerdekaan Indonesia. 5. http://handep.kemdikbud.go.id/index.php/handep/article/view/147

Septiani, A. (2015). Perubahan Gaya Pakaian Perempuan Bangsawan Pribumi di Jawa Tahun 1900-1942. Candrasangkala, 1(1). http://dx.doi.org/10.30870/candrasangkala.v1i1.751

Trio. (1960, November). 8.

Varia. (1972, Mei). 39.

Varia. (1974, Mei). 40–41.

Zaman, M. A. (2002). 100 Tahun Mode di Indonesia 1901-2000. Meutia Cipta Sarana. DPP Ikatan Penata Busana Indonesia “Kartini.”

##submission.downloads##

Diterbitkan

2023-08-06

Cara Mengutip

Aulia, F. A. ., & Afiyanto, H. . (2023). Pengaruh Mode Paris di Indonesia Tahun 1920’an-1970’an. Jurnal Ilmu Sosial Humaniora Indonesia, 3(1), 43-51. https://doi.org/10.52436/1.jishi.108